- Meski tidak memiliki dampak langsung, ketidakjujuran kolektif tetap menimbulkan kekecewaan terpendam dalam batin yang diekspresian melalui helaan kecil berbunyi "huft".
- Lebih banyak status yang diikuti oleh frase "huft" jika hal tersebut berubah menjadi kelaziman di secara umum. Media sosial akan semakin monoton oleh empat huruf di atas.
- Tak banyak yang bisa memperbaiki ketidakjujuran kolektif karena minornya aspirasi perubahan, dan sayupnya suara "huft" di masyarakat
- Ini membuktikan sulitnya menegakkan slogan PP Muhammadiyah di dunia nyata, yakni "amar makruf, nahi munkar". Tegakkan kebenaran, jauhi kejahatan. Huft.
- Pantesan aja Tuhan sayang sama orang yang bertaqwa dan lagi gak cuman jago soal ibadah. Errrr huft?
- Intinya, kecewa itu sederhana yah? HUFT.
- Makannya, jangan terlalu banyak menaruh harapan kepada sesama manusia. Berharaplah hanya kepada Tuhan Yang Maha Menepati. Tanpa huft :)
- Perkecil jumlah helaan huft, karena duck face udah gak jaman lagi dipake gaya selfie.
2015/11/17
Faktanya Adalah......
2015/11/08
Sindikat Berbahaya - Mama Minta Pulsa Mantu
ha! sumber : http://jakarta.coconuts.co/ |
Di tengah khidmatnya santap pagi di sebuah warung nasi sekitaran
kosan, tak sengaja saya membaca berita bahwa Polda Metro Jaya berhasil membekuk
sindikat penipuan sms mama minta pulsa di awal musim hujan yang datangnya telat
kemarin. Sebagai bagian dari masyarakat Generasi Y yang berkebutuhan pokok
sandang, pangan, papan, dan smartphone – yang harus terkoneksi sempurna dengan
internet, biar bisa snapchat tentu saja – aktivitas yang dilakukan oleh sindikat
ini bukan barang baru di dalam lingkungan pergaulan saya. Tahun 2010an awal,
sms mama minta pulsa bolehlah dianggap menggegerkan khalayak ramai dengan modus
operandinya mengirimkan sms blast dengan kedok berpura-pura sebagai anggota
keluarga (biasanya mengambil peran sebagai “Mama”) yang – entah kenapa – berurusan
sama kepolisian atau mengalami kecelakaan dan pada saat yang bersamaan – entah
kenapa lagi, selalu – kehabisan pulsa. Kemudian dengan kedoknya, sindikat ini meminta
dikirimi sejumlah pulsa untuk berkomunikasi dengan si korban. Ya barang tentu
setelah pulsa terkirim si “Mama” gak bakalan pernah ngehubungin yang ngirimi
pulsa karena modus di atas adalah contoh tipu tipu skala kecil. Buat skala
menengahnya mereka berani tipu tipu pake pengumuman undian, dan setelah korban
terpancing – atau lebih tepatnya, tertipu, terbohongi, juga terdustai (bukan
curhat) – dengan pengumuman palsu, pelaku membimbing korban ke atm terdekat
buat mencet-mencetin nomor yang tanpa disadari akan mentransfer sejumlah uang
dari rekening korban ke rekening pelaku. Memang sekilas korban yang dengan
mudahnya manut nampak tolol di mata kita
semua, tapi bayangkan apa yang akan dilakukan oleh sekian persen warga negara
kita yang tergolong berekonomi lemah dengan tingkat pendidikan pemikiran
(tingginya strata sekolah bukan penentu kecerdasan seseorang) yang tidak begitu
tinggi saat mendapat iming-iming hadian dalam jumlah besar tanpa melakukan banyak
usaha? Yaelah, siapa sih di muka bumi ini yang gamau harta, tahta, maupun Raisa dengan modal tenaga jari buat mencet kipet atm doang?
Namun seiring berjalannya waktu, bergantinya hari, dan bertambahnya
season tukang bubur naik haji. Si pengirim sms mama minta pulsa ini gak mengalami
peningkatan kreativitas dalam mengembangkan sistem penipuan ataupun dalam kepenulisan
konten sms. Hei, kalo ada orang yang dalam seminggu dapet undian sebanyak 15
kali dengan format yang sama dan tetap percaya, mari bakar departemen
pendidikan nasional karena gagal dalam menjalankan misi negara untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Untung dewasa ini masyarakat
sadar kalo sms macem gini jelas lah yaw penipuan. Kalo dapet, jangankan
dibales, dilirik aja kagak. Ya paling kalo ada waktu luang tipu balik lah sama
yang ngirim sms, mayan hiburan di kala senggang. Intinya? Selamat dan sukses
teruntuk Kementrian Pendidikan Nasional, you did a good job! *tepok tangan
sodara-sodara*. Lucunya adalah, pihak kepolisian butuh waktu bertahun-tahun
buat nangkep dalang dari sindikat penyebaran sms ini, pada saat masyakarat udah
gek peduli dan gak bisa dibohongi lagi. Lha, kemarin-kemarin pada kemana aja,
bos?
Karena semua tulisan di blog ini adalah curahan egosentris
lagi narsis, mari balik lagi sama keresahan pribadi yang dilalui oleh penulis.
Sebagai mahasiswa yang menjalani semester akhir, daripada sindikat penipuan sms
mama minta pulsa yang kita bahas di dua paragraf awal, alangkah lebih
meresahkan aktivitas dari sindikat mama minta mantu yang sudah meneror saya
dari dua semester lalu. Sindikat ini terdiri dari dua orang suami-istri yang
semenjak bertahun-tahun yang lalu berkomplot untuk menambah populasi manusia di
dunia sehingga muncullah saya dan dua orang saudara lainnya. Belakangan, sindikat
ini melakukan pergerakan bawah tanah yang secara halus senantiasa meneror korban
(yaitu saya) dengan pertanyaan “perasaan kalo kamu makan di luar rame-rame
terus gak pernah berdua?”. Kian hari, teror semakin berkembang menjadi, “kok,
malem minggu di kosan aja? Emang gak ada yang jemput kamu apa?”. Dan dua minggu
yang lalu mereka muncul dengan lima kata, “kapan bawa pacar ke rumah?”. Ingin
rasanya lapor polisi, apa daya kita semua berada dalam ikatan legal bernama
keluarga.
Rasanya pingin naturalisasi ke negara ini. sumber twitter.com/QDJY |
Sangat mungkin jika saya abai dengan teror dari mereka,
secara perlahan mereka akan memperkenalkan saya dengan seorang asing yang
disinyalir kerabat dari salah satu sahabat ataupun kolega kerja. Sehingga –
tanpa saya sadari – misi utama merubah
relasi dari rekan menjadi besan berbuah sukses besar. Bukan karena antipati
terhadap nawaitu yang baik dari misi sindikat ini, akan tetapi saya cukup
alergi jika harus menjalin hubungan cinta dan membangun masa depan berdua
dengan pria asing dan jalan pikirannya gak bisa diikuti.
Sungguh, saya telah malakukan berbagai upaya agar aksi dari
sindikat ini tidak semakin membesar dan menimbulkan mara bahaya. Target saya
adalah mendapatkan pasangan sebelum dilekatkan dengan predikat STMJ (Sudah ST,
Masih Jomblo) oleh anggota sindikat tersebut. Jika dijadikan daftar, maka
upaya-upaya yang telah saya lakukan adalah:
- Ikut komunitas biar bertemu dengan lingkungan baru dan memperluas pergaulan – klise, tapi gak ada salahnya kan untuk dicoba? – (Failed. Saya terlalu banyak nananina yeyeye lalala, malah menyebarkan aura persahabatan yang kuat kepada setiap makhluk di komunitas. Intinya sih, saya gagal aja membangun citra wanita anggun yang hemat, cerdas, bersahaja, juga mengamalkan poin-poin dasa dharma lainnya di mata mereka)
- Minta dikenalin sama temennya-temen – karena tiap hari nonton spongebob, jadi saya percaya “Teman adalah kekuatan!” – (Failed. Upaya ini emang belum terjadi. Udah keburu parno duluan sih sama selera dan pilihannya si temen. Lagian, takut keberadaan saya ngerusak hubungan pertemanan mereka juga sih. Diplomatis abis ye alesannya. )
- Download tinder – Iya, saya-download-tinder. Monggo untuk ketawa sepuasnya – (Failed. Nginstall app ini adalah salah satu tindakan yang paling saya sesali. Upgraded versionnya makan memori banyak. Jadi mau gak mau app ini mesti saya uninstall sih biar rutinitas nonton Ghibli di layar hp tidak terusik dan tetap asik.)
- Daftar di setipe.com – apakah situs ini akan mendatangkan sesosok manusia seganteng Christian Sugiono sang penciptanya? – (Failed. Menyerah di tengah karena lelah ngisi kuisioner yang jumlah soalnya sebanyak lapisan wafer tango, bedanya kalo tango itu enak, kalo yang ini enek)
- Bikin proposal taaruf – mahasiswa satu universitas pasti pernah dong, dapet jarkoman komunitas-rindu-apakah yang membahana itu?– (Meh. Just meh.)
Capek, bosen, males, ilfil, dan takut adalah lima perasaan
yang lewat di pikiran saya setiap mendapatkan teror dari sindikat mama minta
mantu. Capek, harus menjalani satu hubungan ke hubungan lain tanpa adanya
keseriusan. Bosen, setiap curhat perkaranya itu-itu saja dan solusinya
berputar-putar di situ situ saja. Males, harus mengenal lagi orang baru,
mempelajari setiap sudut kehidupannya, ngasih perhatian untuk setiap
kebutuhannya, tapi gak jelas ujungnya seperti apa. Ilfil, melihat diri sendiri
yang kualitasnya belum bisa seberapa untuk dijadikan pasangan. Takut, takut
harus patah hati lagi berkali-kali dan menyesal di kemudian hari.
Setelah berintrospeksi, ternyata semua perasaan negatif tadi
berawal dari diri saya sendiri. Memang sudah puluhan artikel tentang
self-development sudah saya baca, berbagai episode dari tayangan motivasi diri
sudah saya tonton, nasihat tentang memantaskan diri pun entah berapa ratus kali
sudah saya dengar. Walaupun begitu, bisa jadi pemahaman saya mengenai diri
sendiri masih sangat kurang. Tapi intinya, saya belum siap, belum layak, dan belum
bisa untuk menaruh perasaan cinta pada orang lain. Bagai masyarakat yang udah
kebal sama sms mama minta pulsa, begitupun perasaan saya yang gak bisa
dibohongi sekuat apapun saat berusaha untuk jatuh cinta. Mungkin terdengar
alay, tapi begitulah kenyataanya.
Seorang kawan bernah bilang, kalo saya belum berdamai dengan
diri saya sendiri. Katanya, saya masih rempong tugas akhir lah, khawatir soal
pilihan karier lah, bingung sama asuransi kesehatan dan skenario KPR di masa
depan lah, trauma sama pengalaman yang lalu-lalu lah #eh. Dan secara haqul yaqien beliau memvonis saya menderita Quarter Life Crisis. Apapun itu, bolehlah semua
analisisnya kita diterima. Berhubung si beliau ini bukan jomblo lagi sih ya. #bedakasta #akuparia
Saya tidak abai dengan gempuran dari sindikat mama minta
mantu. Namun, untuk sementara, satu-satunya cara membekuk komplotan ini adalah
dengan memberikan pengertian bahwa anak mereka mungkin butuh waktu untuk cari
mantu, biar kalian bisa gendong cucu.
Hm, pantes ya polisi butuh waktu tahunan buat ngeringkus
sindikat penipu.
Subscribe to:
Posts (Atom)